gaulislam edisi 174/tahun ke-4
(18 Rabiul Awwal 1432 H/ 21
Februari 2011)
Swit swiw! Ngomongin cinta lagi
deh. Yup, kata “cinta” punya
daya magnet yang luar biasa.
Menarik orang untuk ngejadiin
“ cinta” jadi topik obrolan
senantiasa. Daya pikatnya bikin
orang jadi ngerasa hambar
ngejalanin hidup tanpa kata itu
di kehidupannya. Singkatnya,
“ cinta” bikin hidup lebih hidup.
Tapi, bener nggak ya cinta bikin
hidup lebih hidup? Atau malah
bikin hidup jadi redup?
Aplikasi cinta pun bertebaran.
Yang paling jelas dan marak
keliatan ya dengan pacaran. Hari
gini nggak pacaran dianggap
kutukan. Status jomblo di saat
umur masih belasan atau baru di
kepala dua dianggap tragedi
sosial yang paling menyeramkan.
Cinta, gue lakuin apa aja
Karena hidup itu harus diwarnai
cinta, maka banyak orang yang
berusaha untuk menggapainya.
Cinta emang rasa yang secara
fitrah diadakan Allah Swt. bagi
tiap manusia. Sayangnya nggak
semua milih jalan yang bener.
Demi meraih cinta dan atas nama
cinta banyak orang (termasuk
cewek) rela ngelakuin apa aja.
Ada cewek yang selalu wara-wiri
di depan kelas cowok inceran
untuk bisa dapat respon dan
sinyal yang diharapkan. “Eh, itu
anak kelas berapa sih?” Gitu
kira-kira respon cowok yang
diharapkan muncul. Dari respon
yang begitu pengennya sih
cowok tersebut bakal tanya-
tanya lebih banyak en akhirnya
mereka bisa makin akrab lalu
bisa jadian deh.
Kalau urusannya cuma wara-wiri
beberapa ratus kali di depan
cowok gebetan paling kaki aja
yang pegel-pegel. Kalo ngebeliin
sesuatu paling tekornya cuma di
kantong. Tetep rugi sih, tapi
ruginya bakal lebih menjadi-jadi
kalau ternyata yang harus
dikorbanin lebih dari semua yang
tadi.
Demi meraih cinta atau bahkan
sekedar status pacaran, banyak
cewek yang terjebak untuk rela
diapaian aja en kasih apapun
yang mereka miliki termasuk
keperawanan mereka.
Katanya sih karena cinta itu
butuh pengorbanan so wajar aja
kalo bentuk-bentuk
pengorbanan mesti dilakukan.
Sekadar mau dicium atau
dipegang-pegang tangan
katanya sih udah jadi hal lazim
emang kudu dilakuin. Yang
penting bisa tahan diri nggak
ngelakuin hubungan suami-istri.
Heh? Sumpe lu bisa nahan diri?
Ujung-ujungnya banyak tuh yang
akhirnya ngelakuin zina.
Keperawanan akhirnya
tergadaikan demi cinta
prematur, cinta ngawur!
Tragedi tuh! Tragedi besar untuk
hidup seorang cewek kalau
sampai keperawanan hilang
disambar pacar atau yang baru
mau jadi pacar. Harga diri
terbesar diruntuhkan dengan
cara obralan. Nggak banget!
Cinta satu malam
Cinta satu malam bukan sekedar
judul dan lirik lagu. Tipe kayak
gitu udah marak terjadi di negeri
ini. Cuma karena ingin
memuaskan nafsu, cinta satu
malam pun diburu. Cinta? Ah itu
sih kata madu tapi sejatinya
isinya racun nomor satu! Mana
ada cinta sesungguhnya yang
hadir satu malam terus begitu
aja ditinggal, dilupakan.
Celakanya para cewek mau aja
lagi jadi bagian cinta satu malam!
Waduh! Padahal yang ada cuma
kerugian besar. Cinta kok diobral!
Tapi kenyataan itu emang yang
sedang banyak bertebaran,
terutama di kota-kota besar.
Transaksi cinta dijalankan. Jual
murah bakal laku keras. Yang
jual mahal bakal dijadiin bahan
olok-olokan alias diejek sebagai
makhluk purba, ketinggalan
jaman.
Sayangnya nggak banyak cewek
yang sadar kalau yang mereka
jalanin selama ini adalah ngobral
perasaan, ngobral hati, ngobral
harga diri. Cinta udah bikin buta!
Cinta itu mahal
Cinta, rasa itu dihadirkan oleh
Allah Ta ’ala sebagai anugerah.
Sebagai sebuah anugerah,
mestinya rasa itu dijaga dengan
sangat baik, dengan sangat hati-
hati. Karena anugerah itu mahal,
Sis! Tak ternilai jika ada yang
mau menukarnya dengan apapun
yang ada di dunia. Nggak
kebayang gimana sesorang bisa
hidup tanpa cinta. Bisa jadi orang
yang kayak gitu hidupnya cuma
diisi kesedihan, kehampaan. Dia
cuma memperlihatkan kebencian
bahkan kebengisan.
Begitu berharganya cinta
sehingga seharusnya cinta nggak
diobral atau bahkan digadai
cuma-cuma. Jangan! Kita
seharusnya bisa jaga cinta itu
dengan apa yang Allah mau,
dengan cara yang Allah suka,
sehingga indahnya cinta bisa
tetap terjaga, binarnya tetap
bisa terpelihara. Cara yang Allah
suka seperti apa? Ini dia:
Pertama, jauhi aktivitas yang
mendekati zina. Allah Swt.
sebagai pencipta manusia
pastinya persis tahu kelebihan
dan keterbatasan yang
dimilikinya, termasuk dalam
urusan syahwat. Allah udah jelas
kasih warning ke kita soal
gimana kita bisa terjaga dari
cinta dangkal yang berujung
maksiat besar bernama zina.
Allah Swt. berfirman (yang
artinya): “Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk. ” (QS al-Israa [17]: 32)
Tuh kan! Udah jelas Allah
melarang kita untuk mendekati
zina, dan pacaran itu tempat
yang paling subur untuk
aktivitas maksiat kayak gitu.
Mulai dari sekadar pegangan
tangan, terus merembet ke
kissing, setelah itu dosa besar
pun tak terhindarkan.
Kalau kita pengen cinta yang
kita punya tetap cinta yang
penuh anugerah ya harus bersih
dari segala bentuk perilaku yang
nyerempet zina. Tutup peluang
nafsu syahwat untuk muncul dan
menjerumuskan kita. Jangan
pernah nantangin apa yang Allah
udah warning.
Kedua, bekali diri dengan
tsaqofah Islam. Supaya kita
nggak salah jalan, bisa milih jalan
yang tepat yang mana, pastinya
kudu punya guidance alias
tuntunan yang valid. Buat muslim
nggak ada tuntunan yang lebih
baik dan valid selain al-Quran dan
sunnah Rasulullah saw.. Nah,
untuk bisa memahami perintah
dan larangan apa yang mana aja
yang terkandung di dalamnya,
kita kudu mau menggalinya,
mempelajarinya. Nabi saw.
bersabda: “Mencari ilmu itu
wajib atas setiap muslim”. (HR
Ahmad dan Ibnu Majah)
Setiap kebaikan itu jalannya
pasti berliku, Sis. Nggak gampang
untuk nentuin skala prioritas
yang “berbau pahala dan surga”.
Hari gini gitu loh! Di tengah
godaan kapitalisme yang
membombardir, rasanya bikin
jadwal ngaji jadi hal yang
mubazir. Di tengah buaian
hedonisme yang menghanyutkan,
tekad untuk jadi muslimah cerdas
dan peduli jadi gampang pudar
lagi. Tapi, kita kudu kuat en
tahan banting ngadepin itu
semua. Biar kita selamat dan
binar cinta sesungguhnya bisa
kita dapat.
Ketiga, pilih-pilih temen gaul yang
satu visi dan tujuan. Jalan terjal
menuju kebenaran akan jadi
ringan ditapaki kalau kita nggak
sendiri. Ada sahabat yang bisa
dijadikan andalan kala kita butuh
masukan, nasihat. Ada kawan
yang dengan segala ketulusan
mau mengingatkan. Orang-orang
yang seperti itu yang
seharusnya bisa dipilih untuk jadi
partner kita dalam memperbaiki
diri. Orang-orang yang bisa jadi
cermin buat kita. Bisa bikin kita
dengan jelas ngeliat gimana diri
kita sebenarnya. Syaratnya: 1.
Sama-sama muslimah, 2.
Tsaqofahnya oke. 3.
Kepribadiannya juga oke.
Rasulullah saw.
bersabda: ”Seorang mukmin
adalah cermin mukmin yang lain.
Seorang mukmin adalah saudara
mukmin yang lain, di mana saja ia
bertemu dengannya, ia akan
mencegah tindakan mencemari
kehormatan saudaranya dan
akan melindunginya dari
baliknya. ” (HR Abu Dawud dan
Bukhari)
Cinta yang sebenarnya
Imam Bukhari meriwayatkan di
shahihnya dari hadist Anas bin
Malik r.a. Dia berkata: “Rasulullah
saw. bersabda tentang apa yang
beliau riwayatkan dari Rabnya.
Dia berfirman : ‘….Jika Aku
mencintainya, maka Aku menjadi
pendengarannya yang ia
gunakan untuk mendengar. Aku
menjadi matanya yang ia
gunakan untuk memandang. Aku
menjadi tangannya yang ia
gunakan untuk memegang. Aku
menjadi kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. DenganKu ia
mendengar, denganKu dia
memandang, denganKu dia
memegang, denganKu dia
berjalan. Seandainya ia meminta
kepada Ku, niscaya Aku benar-
benar memberikan kepadanya
permintaanya, dan seandainya
dia berlindung kepada Ku,
niscaya Aku benar-benar
melindunginya….”
Dari Anas r.a., sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda: ”Ada
tiga perkara, siapa saja yang
memilikinya ia telah menemukan
manisnya iman. Yaitu orang yang
mencintai Allah dan RasulNya lebih
dari yang lainnya, orang yang
mencintai seseorang hanya
karena Allah, dan orang yang
tidak suka kembali kepada
kukufuran sebagaimana dia tidak
suka dilemparkan ke neraka. ”
(Mutafaq ‘alaih)
‘Kembang peradaban’
Peradaban manusia akan terus
ada jika generasi pengganti
secara konsisten lahir. Nggak
mungkin generasi baru akan lahir
jika bukan karena pertaruhan
nyawa para wanita ketika
melahirkan mereka. Dan,
peradaban tersebut akan
menjadi peradaban yang agung
dan mulia jika generasi itu
dilahirkan dan dididik oleh para
wanita yang agung dan mulia
pula.
Amanah besar itu diberikan oleh
Allah kepada kita para kaum
hawa. Untuk yang remaja bukan
hal yang tabu untuk mulai
berpikir dan merenungi hal ini.
Coba aja bayangin kalo
sebagaian besar para cewek
yang notabene calon ibu
ternyata adalah para cewek
yang gampang ngobral rasa cinta
sehingga gampang dipermainkan.
Aktivitas free sex jadi bukan hal
yang aib yang mesti dijauhi
benar-benar. Generasi macam
apa yang bakal lahir dari para
cewek kayak gitu? Generasi
rusak. Peradaban yang ada pun
peradaban rusak. Na’udzubillahi
min dzalik.
Peran kaum hawa nggak bisa
dianggap enteng. Di tangan
kitalah kemuliaan itu bisa
terpelihara. Makanya, bersegera
yuk upgrade level ketaatan kita
kepada Allah dan Rasulullah saw..
Ketaatan yang niscaya bakal
membawa kita kepada cinta
sesungguhnya. Ketaatan yang
pastinya bakal menjadikan kita
makhluk Allah yang sebenar-
benarnya mulia yang ikut
berperan menghadirkan kembali
peradaban yang mulia. Jadilah
‘ kembang peradaban’. Insya Allah.
[nafiisahfb|http://
nafiisahfb.co.cc]