Perubahan yang sejati akan
terjadi ketika ketika Mesir
kembali menjadi ibu kota umat
Islam dengan tegaknya Khilafah
Rasyidah, satu-satunya negara
di negeri-negeri kaum Muslim!
Gambaran kemana arah ‘revolusi’
Mesir saat ini sudah terlihat.
Meskipun tidak sama persis,
revolusi Mesir tampaknya akan
mengikuti skenario Indonesia di
era reformasi tahun 1998.
Apalagi Amerika juga berharap
sama. Laman The Wall Street
Journal, Jumat(11/02), menyebut
pemerintah Amerika Serikat
memakai pergolakan di Indonesia
pada pertengahan 1998 menjadi
model transisi kekuasaan yang
sukses di negara yang mayoritas
penduduknya Muslim.
Disebutkan juga, para pejabat
Dewan Keamanan Nasional
Negara Paman Sam itu dalam
minggu terakhir berdiskusi
dengan para ahli kebijakan luar
negeri tentang kemiripan antara
revolusi Mesir dan Indonesia,
yang membuat Indonesia dalam
waktu lebih dari satu dekade
memiliki sistem ekonomi dan
politik di negara berkembang
yang paling terbuka.
Karen Brooks, ahli politik luar
negeri yang membantu
mengamati Indonesia pada
pemerintahan Clinton dan Bush,
mengatakan pemerintahan
Indonesia berhasil berkembang
menjadi negara sekuler dengan
sedikit sekali pengaruh dari
politik Islam. Hal ini ujar Brooks,
adalah karena pemilu selanjutnya
dilakukan setahun setelah
penggulingan Soeharto, sehingga
partai sekuler mempunyai waktu
untuk berkembang. Sementara
selama 30 tahun menuju
transformasi demokratis
Indonesia, kata Brooks, partai
Islam terlihat kesulitan
mengumpulkan suara mayoritas.
Seperti Indonesia, Barat ingin
memastikan beberapa hal dari
transisi politik Mesir yang
menjamin eksistensi penjajahan
mereka . Pertama, militer tetap
sekuler dan menyerahkan
kesetiaannya kepada Barat.
Kedua, sistem negara yang
dianut tetap sekuler dengan
tetap berpegang teguh pada
pilar demokrasi, liberalisme,
pluralisme . Ketiga, sistem
ekonomi yang dianut liberal yang
menjamin prinsip pasar bebas .
Keempat, kelompok Islam yang
oleh Barat sering disebut radikal
(karena ingin menegakkan
syariah Islam) tidak mendapat
tempat atau paling tidak berada
dalam posisi yang marginal.
Militer Mesir sendiri yang
merupakan kunci pokok
perubahan di Mesir, sudah
menunjukkan indikasi mengikuti
skenario itu. Dewan tertinggi
Angkatan Bersenjata, yang
sekarang memegang kekuasaan
transisi, diisi oleh perwira tinggi
atau mantan perwira binaan
Mubarak yang pro Amerika dan
Israel . Seperti Jenderal Omar
Suleiman, wakil presiden dan
mantan kepala intelijen ;Marsekal
Udara Mohammed Hussein
Tantawi, menteri pertahanan;
Letnan Jenderal Sami Anan,
kepala staf angkatan bersenjata
Mesir.
Sikap pro Barat pun dibuktikan
dengan pernyatan Dewan
Tertinggi Angkatan Bersenjata
pada Sabtu (12/2) yang
menyatakan Mesir akan tetap
berkomitmen terhadap perjanjian
regional dan internasional. Hal ini
berarti termasuk hubungan
Mesir dengan Israel yang telah
dijalin di era Mubarak selama 30
tahun tidak berubah.
Kalau benar-benar mengikuti
skenario Indonesia, nasib Mesir
pun tidak akan berbeda dengan
Indonesia, menjadi negara gagal.
Hingga saat ini masih terdapat
30 juta rakyat miskin di
Indonesia versi pemerintah atau
lebih kurang 100 juta versi Bank
Dunia. Pengangguranpun masih
tinggi, mafia hukum makin
menjadi-jadi, korupsi terjadi di
segala bidang. Aliran sesat dan
kemaksiatan marak dimana-mana
dibawah perlindungan HAM.
Sementara kekayaan alam
Indonesia yang melimpah
dirampok lewat instrumen
ekonomi neo liberal atas nama
pasar bebas, privatisasi, dan
hutang luar negeri.
Pangkal penyebaban negara
gagal ini adalah sangat jelas.
Karena Indonesia mengikuti
arahan Barat, menjadi negara
sekuler dan tidak menerapkan
syariah Islam untuk mengatur
negara. Sunguh sangat
disayangkan kalau Mesir
mengikuti kegagalan Indonesia,
karena tunduk kepada arahan
Amerika penjajah. Negara yang
sebenarnya semakin melemah
dan menghadapi banyak
persoalan di negaranya sendiri.
Untuk itu apa yang menjadi
seruan Hizbut Tahrir Mesir
kepada para demonstran di
Tahrir Square menjadi sangat
penting. Dalam selebarannya
Hizbut Tahrir Mesir menyatakan
perubahan tidak akan terjadi
hanya dengan mengganti satu
agen dengan agen yang lain,
bukan pula dengan mengganti
konstitusi sekuler yang satu
dengan konstitusi sekuler
lainnya. Perubahan rezim tidak
terjadi melalui negosiasi dengan
pilar-pilar rezim itu.
Perubahan yang sejati akan
terjadi ketika ketika Mesir
kembali menjadi ibu kota umat
Islam dengan tegaknya Khilafah
Rasyidah, satu-satunya negara
di negeri-negeri kaum Muslim .
Perubahan inilah yang akan akan
mengembalikan Mesir sebagai
Kinanah Allah di muka bumi-Nya.
Perubahan yang akan membuat
Mesir aman dengan keamanan
Islam, baik muslim maupun
kerabatnya kaum Qibthi yang
beragama nashrani tanpa
diskriminasi.
Perubahanlah inilah yang
menjadikan Mesir sebagai
tongkat untuk memukul kaum
penjajah, khususnya Amerika,
menjadi api yang membakar
mereka, bukan sebagai harta
simpanan yang membuat
penjajah senang! Perubahan
sejati - dengan dengan tegaknya
pemerintahan Islam yang
diwajibkan oleh Rabb semesta
alam - itulah yang didalamnya
terdapat keamanan dan
keselamatan, yang membuat
darah para demonstran tidak
sia-sia! (Farid Wadjdi)