[Al Islam 541] Sebagaimana
ramai diberitakan beberapa
waktu lalu, sekitar 100 tokoh
nasional berkumpul di Jakarta,
Senin (17/1/2011), dengan
agenda khusus membahas
kebohongan Pemerintahan SBY-
Boediono. Penggagas pertemuan
ini adalah mantan Menteri
Keuangan Rizal Ramli.
Rizal menjelaskan, kebohongan
Pemerintah tak bisa dibiarkan.
Karena itu, para tokoh ini
membulatkan tekad untuk
menyatakan kebenaran,
sebagaimana dilakukan para
tokoh lintas agama sebelumnya.
Sebelumnya sejumlah tokoh lintas
agama memang menuding
Pemerintah melakukan sejumlah
kebohongan. Terdapat 18 butir
kebohongan Pemerintah menurut
versi mereka. Mereka yang
mengeluarkan pernyataan itu
antara lain Ketua Umum PP
Muhammadiyah Din Syamsudin,
mantan pendiri Ma’arif Institute
Syafii Ma’arif, Ketua KWI Mgr
Martinus Situmorang, Pendeta
Andreas Wewangoe, Bikkhu
Pannyavaro, KH Salahuddin Wahid
(ulama NU), pemuka Hindu I
Nyoman Udayana Sangging, Romo
Franz Magnis Suzeno dan Romo
Benny Susetyo (Inilah.com,
17/1/2011).
Daftar Kebohongan
Pemerintah
Di bidang ekonomi, misalnya,
Pemerintah mengklaim berhasil
mengurangi angka kemiskinan
yang sebelumnya mencapai 31,02
juta jiwa. Padahal data penerima
raskin (beras untuk rakyat
miskin) pada tahun 2010
mencapai 70 juta jiwa dan
penerima layanan Jamkesmas
mencapai 76,4 juta jiwa. Di sisi
lain, kita pun dikejutkan oleh
makin maraknya kasus gizi
buruk, kasus stres/depresi dan
bunuh diri karena lilitan masalah
kemiskinan, dll.
Di bidang pendidikan, UU Sisdiknas
mengharuskan anggaran
pendidikan mencapai 20% dari
alokasi APBN di luar gaji guru dan
dosen. Kenyataannya, hingga kini
anggaran gaji guru dan dosen
masih termasuk dalam alokasi
20% APBN tersebut.
Di bidang sosial, Presiden SBY
menjanjikan penyelesaian kasus
lumpur Lapindo dalam Debat
Calon Presiden Tahun 2009.
Faktanya, penuntasan kasus
lumpur Lapindo berjalan di
tempat. Sebagian korban lumpur
Lapindo sampai hari ini belum
juga mendapatkan ganti rugi
yang seharusnya.
Di bidang hukum, SBY berkali-kali
menjanjikan akan memimpin
langsung pemberantasan korupsi.
Faktanya, riset ICW menunjukkan
bahwa dukungan pemberantasan
korupsi oleh Presiden dalam
kurun September 2009 hingga
September 2010 hanya 24%
yang mengalami keberhasilan.
Secuil di antara sejumlah
kebohongan di atas seakan
melengkapi sejumlah kebohongan
lama Pemerintah SBY periode
sebelumnya (2004-2009).
Sepanjang periode tersebut
Pemerintah SBY pernah antara
lain mengklaim: Pertama, harga
BBM diturunkan hingga 3 kali
(2008-2009); pertama kali
sepanjang sejarah. Faktanya,
pertama kali juga dalam sejarah
Pemerintah menjual BBM
termahal Rp 6000 perliter.
Kedua, perekonomian terus
tumbuh di atas 6% pertahun;
tertinggi setelah Orde Baru.
Faktanya, pertumbuhan di atas
6% hanya terjadi pada tahun
2007 dan 2008, sedangkan pada
tahun 2005 (5.6%), 2006 (5.5%)
dan 2008 di bawah 5%. Lebih dari
itu, pertumbuhan ekonomi
tidaklah berdampak pada
meningkatnya kesejahteraan
rakyat.
Ketiga, rasio utang negara
terhadap PDB terus turun dari
56% pada tahun 2004 menjadi
34% pada tahun 2008. Faktanya,
secara absolut utang negara
naik 33% dari Rp 1.275 triliun
pada 2004 menjadi Rp 1.700
triliun pada Maret 2009. Hingga
saat ini, Pemerintah masih setia
membayar utang najis serta
pengelolaan penarikan utang luar
negeri yang bermasalah seperti
dilaporkan BPK dan KPK.
Itulah secuil kebohongan
Pemerintah SBY, baik periode
sekarang maupun pada periode
sebelumnya. Masih banyak
kebohongan lain yang dilakukan
Pemerintah, yang diungkap oleh
para tokoh maupun para
pengamat serta diungkap oleh
berbagai media.
Akibat Kebohongan Sistem
Sebagaimana diketahui, sejak
awal berdirinya, negeri ini
menerapkan sekularisme
(pemisahan agama dari
kehidupan) sebagai dasarnya.
Sekularisme adalah warisan
penjajah. Sejak awal sekularisme
adalah paham yang penuh
dengan kebohongan. Sebab,
paham ini menegaskan bahwa
manusia mampu mengatur dunia
ini tanpa campur tangan Tuhan.
Bahkan Tuhan (baca: agama)
dilarang mengatur kehidupan
manusia di dunia ini. Segala
urusan-kecuali urusan ritual/
ibadah-seperti urusan ekonomi,
politik, pendidikan, sosial, budaya,
dll harus diserahkan kepada
manusia untuk mengaturnya.
Jelas, sekularisme adalah paham
yang bohong. Sebab, pada
hakikatnya manusia adalah
makhluk yang lemah; mustahil
mengatur kehidupan ini dengan
aturan yang dia buat sendiri.
Jangankan untuk mengatur
sendiri kehidupannya, untuk
memahami hakikat dirinya pun
manusia tidak akan mampu.
Hanya Allahlah yang paling
memahami hakikat manusia dan
kehidupan ini. Dialah Yang
Mahatahu atas apa yang terbaik
bagi manusia. Sebab, Dialah
Pencipta manusia dan seluruh
jagat raya ini. Karena itu, hanya
Allah SWT-lah yang berwenang
mengatur kehidupan manusia.
Faktanya, Allah SWT telah
menurunkan wahyunya berupa
al-Quran, yang memang
difungsikan untuk mengatur
kehidupan manusia agar meraih
kebahagiaannya yang sejati, di
dunia dan akhirat.
Paham sekularisme ini kemudian
melahirkan ideologi Kapitalisme.
Kapitalisme melahirkan
seperangkat aturan (sistem)
yang dibuat oleh manusia: di
bidang ekonomi lahir sistem
ekonomi kapitalis; di bidang
politik lahir sistem demokrasi; di
bidang sosial-budaya lahir sistem
sosial-budaya yang liberal; di
bidang pendidikan lahir sistem
pendidikan sekular (yang jauh
dari agama); dst.
Faktanya, Kapitalisme juga
adalah ideologi dan sistem yang
penuh dengan kebohongan. Di
bidang ekonomi, sistem ekonomi
kapitalis sering mengklaim ihwal
kemakmuran dan kesejahteraan
bagi semua manusia. Faktanya,
sistem ini gagal mensejahterakan
umat manusia, kecuali segelintir
saja. Di Indonesia, misalnya, jelas
jauh lebih banyak orang miskin
ketimbang orang kaya. Ini karena
sumberdaya alam milik rakyat
yang melimpah-ruah banyak
dikuasai dan dinikmati segelintir
orang, terutama pihak asing,
daripada dinikmati oleh rakyat
sebagai pemiliknya. Ironisnya,
semua ini dilegalkan oleh negara
melalui UU yang dibuat oleh DPR
dan Pemerintah. Wajarlah jika
ekonomi kapitalis makin
menambah jumlah orang miskin.
Diperkirakan lebih dari 100 juta
orang di negeri ini berstatus
miskin meski negeri ini terkenal
sangat kaya dengan sumberdaya
alamnya.
Di bidang politik, sistem
demokrasi hanya melahirkan
banyak kekacauan politik. Dalam
teori, dalam demokrasi katanya
kedaulatan ada di tangan
rakyat. Faktanya, DPR sebagai
lembaga wakil rakyat justru
banyak memproduksi UU yang
menindas rakyat dan lebih
memihak para pemilik modal. Di
Indonesia UU Migas, UU Minerba,
UU Penanaman Modal, UU Listrik,
UU Sumberdaya Air, dan banyak
UU lainnya lebih banyak untuk
memenuhi kepentingan pemilik
modal daripada kepentingan
rakyat. Pada akhirnya,
Pemerintah pun melahirkan
banyak kebijakan yang menzalimi
rakyat sekaligus memanjakan
para pemilik modal tersebut.
Karena itu, wajar jika kenaikan
harga BBM dan tarif listrik,
misalnya, menjadi tradisi setiap
rezim penguasa dalam sistem
demokrasi ini; tak peduli bahwa
kebijakan tersebut selalu
menjadikan rakyat sebagai
korbannya. Alhasil, kedaulatan
rakyat dalam demokrasi juga
bohong belaka.
Di sisi lain, di negeri yang menjadi
jawara demokrasi ini, demokrasi
menyuburkan korupsi dan
melahirkan banyak koruptor.
Sebagaimana diberitakan, 17 dari
33 gubernur di Indonesia (lebih
dari 50%)-yang notabene dipilih
secara demokratis, bahkan
langsung-menjadi tersangka
karena tersangkut korupsi.
Sepanjang 2010 saja total kepala
daerah (bupati/walikota dan
gubernur) yang menjadi
tersangka adalah 155 orang dari
244 kepala daerah
(Vivanews.com, 17/1/2011).
Di bidang sosial-budaya,
kebebasan (liberalisme) yang
diagung-agungkan juga tidak
menciptakan masyarakat yang
beradab, tetapi malah melahirkan
masyarakat yang tak beradab. Di
negeri ini, menurut studi BKKBN
tahun 2010, 51 dari 100 remaja
(yakni 51%) di Jabodetabek telah
melakukan hubungan seks bebas.
Belum lagi banyaknya kasus
sosial lain seperti maraknya
kasus perselingkuhan yang
berujung pada perceraian,
pelacuran, perselingkuhan yang
berujung perceraian, pornografi-
pornoaksi, kekerasan dalam
rumah tangga, dll.
Dari secuil fakta di atas, jelas
Kapitalisme adalah ideologi yang
penuh dengan kebohongan,
karena memang lahir dari paham
sekularisme yang juga paham
dusta!
Islam: Ideologi dan Sistem
yang Benar
Bertolak belakang dengan
Kapitalisme-sekularisme sebagai
ideologi yang penuh dengan
kebohongan, Islam adalah satu-
satunya ideologi yang benar,
karena bersumber dari Zat Yang
Mahabenar, Allah SWT.
Mahabenar Allah SWT Yang
berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ
لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Siapa saja yang berpaling dari
peringatan-Ku (al-Quran),
sesungguhnya baginya kehidupan
yang sempit (QS Thaha [20]:
124).
Kapitalisme-sekularisme adalah
ideologi/sistem yang berpaling
dari al-Quran. Karena itu, wajar
jika ideologi/sistem ini hanya
melahirkan kesempitan hidup bagi
manusia di segala bidang:
kemiskinan, pengangguran,
kebodohan, kriminalitas, perilaku
amoral, dll.
Mahabenar pula Allah SWT Yang
berfirman:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا
لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliah yang
mereka kehendaki? (Hukum)
siapakah yang lebih baik
daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin? (QS
al-Maidah [5]: 50).
Ayat ini menegaskan bahwa
hanya hukum Allahlah (syariah
Islam) yang terbaik, tak ada
yang lain. Pertanyaannya:
Masihkah kita ragu dengan
hukum Allah atau syariah Islam
ini? Masihkah kita tetap lebih
yakin dengan Kapitalisme-
sekularisme yang terbukti
merupakan ideologi yang penuh
dengan kebohongan? Tentu
tidak! Jika demikian, mari kita
bersegera menerapkan syariah-
Nya-tentu dalam institusi
Khilafah-sekarang juga. Jangan
lagi ditunda! []
KOMENTAR AL-ISLAM:
Sejumlah LSM mendirikan
sejumlah Rumah Pengaduan
Pembohongan Publik terkait
dengan adanya sejumlah
kebohongan Pemerintah
(Republika, 25/1/2011).
(1) Kebohongan Pemerintah
memang harus digugat. Namun,
Kapitalisme-sekularisme yang
menjadi biang kegagalan negara
ini juga wajib dipersoalkan. (2)
Negara yang gagal ini
sesungguhnya membutuhkan
solusi. Solusinya tidak lain adalah
syariah Islam, yang wajib
diterapkan oleh negara dalam
seluruh aspek kehidupan.